Wednesday, April 3, 2019

Menanti Determinasi Tagar #2019GANTIPRESIDEN – Pendidikan tanpa batas

tagar-2019gantipresiden-kampanye-semu-yang-menggembosi-jokowiMencari pemimpin memang tidak segampang zaman rasulullah. Zaman dahulu pemimpin bisa dibilang terlahir bukan dilahirkan. Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat pun sudah sejak dalam kandungan sudah diberikan cahaya kepimimpinan. Hingga pada akhirnya beliau benar-benar menjadi pemimpin yang disegani dunia. Menjadi pemimpin mungkin menjadi sesuatu yang prestige untuk dikejar. Apalagi dengan kondisi zaman saat ini, dengan semakin meningkatnya teknologi dan informasi banyak orang ingin menjadi pemimpin. Maka tidak kaget jika berbagai konflik dan kekerasaan terjadi untuk memperebutkan tahta kepemimpinan.


Saat ini Indonesia sedang menghadapi tahunnya demokrasi dalam memilih pemimpin. Berbagai macam pemilihan umum dilaksanakan. Tak terkecuali dengan pemilihan presiden yang akan bergulir pada tahun 2019. Pemilihan presiden memang menjadi sesuatu yang ditunggu tunggu. Tidak hanya sebatas capres dan cawapresnya tapi bagaimana keseruan para partai politik mengambil langkah sebagai strategi politiknya. Kemarin rakyat telah disuguhkan dengan berbagai drama yang terjadi. Bagaimana para anggota partai politik membangun narasi seolah olah menunjukkan bahwa dirinya merasa akan menang dalam konstetasi pilpres 2019. Narasi kemenangan dan kakuatan masing masing parpol terus digaungkan baik dalam acara televisi atau media sosial.


Setelah penantian panjang akhirnya Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden sudah diketahui rakyat. Jokowi sebagai petahana telah mengagetkan banyak pihak. Dari sepuluh nama yang telah disodorkan ke publik nama Ma`ruf Amin menjadi pilihan Jokowi dalam menemani sebagai capres. Memang cukup mengagetkan. Mahfud MD yang digadang gadang kuat mendampingi Jokowi akhirnya tidak terbukti. Begitu dengan oposisi, Prabowo untuk ke tiga kalinya maju sebagai Capres dengan menggandeng Sandiaga Uno. Oposisi memang lebih alot dibanding dengan petahana. Partai-partai koalisi yang mendudukung masih saling bersikukuh terhadap nama-nama yang sebelumnya telah disodorkan. Namun, pada akhirnya Sandiaga Uno menjadi sebuah pertaruhan mengalahkan nama-nama dari partai koalisi. Kedua golongan baik petahana atau oposisi telah menunjukkan determinasi mereka dalam menentukan langkah yang akan diambil kedepannya.


Selain ditunjukkan dengan drama pemilihan capres dan cawapres pemilu 2019 telah didahului dengan kehebohan tagar #2019gantipresiden. Tagar tersebut telah meramaikan berbagai media baik cetak atau online. Selain itu, tagar ini juga sudah bersuara ketika pemilihan kepada daerah dilaksanakan. Munculnya gerakan ini diprakarsai oleh oposisi sebagai wujud aspirasi mereka terhadap pemerintah saat ini. Gerakan ini memunculkan pro kontra di kalangan tokoh politik dan masyarakat. Walaupun gerakan ini dianggap sebagai gerakan sosial masyarakat namun dapat terlihat jelas bahwa gerakan ini telah menjadikan dua kubu di dalam masyarakat. Inilah yang menjadi perdebatan saat ini. Namun, mau dikata apalagi negara Indonesia adalah negeri demokrasi yang membebaskan seluruh warganya untuk berpendapat dimuka umum. Walaupun tetap harus menjaga kenyamanan dan keamanan tatanan kehidupan sosial. Seperti yang sudah diketahui Indonesia merupakan bangsa multikultural dimana perbedaan budaya sangat banyak. Tentunya hal tersebut potensi terjadinya konflik sangat besar.


Pilpres telah menjadi salah satu demokrasi yang paling nyata di Indonesia. Tentunya ini harus menjadi perhatian semua pihak untuk mengawasi demokrasi yang terjadi. Jangan sampai demokrasi yang digembong gembongkan hilang karena arogansi individu-individu yang tidak bertanggungjawab. Mengenai tagar #2019gantipresiden memang patut untuk dinantikan. Sejauh mana tagar itu dapat konsisten berkembang di masyarakat atau masyarakat menolak dengan adanya tagar tersebut. Dapat dipahami memang tagar ini tidak serta merta merupakan aspirasi seluruh warga negara. Tagar ini memang bisa dibilang sebagai provokasi kepada pihak pemerintah. Mereka meluapkan berbagai kegagalan pemerintah melalui tagar tersebut. Walaupun terkesan provikasi tagar tersebut memang sah untuk dilakukan sebagai negara demokrasi yang menjamin hak hak warganya untuk berpendapat. Memang cukup kencang tagar ini disampaikan ke publik. Berbagai deklarasi dilakukan diberbagai wilayah Indonesia bahkan kabarnya akan dideklarasikan di Washington DC Amerika.


Bersambung….



4-9-2018











Source

No comments:

Post a Comment