* AM Hendropriyono.
Mendapat gelar ‘Bapak Intelijen Indonesia’, Hendro tentu memiliki pengaruh yang kuat di bidang intelijen negeri ini. Hendro pun dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu intelijen dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN). Ia menjadi satu-satunya dan pertama di dunia yang menjadi Guru Besar Intelijen. Atas gelar ini, ia tercatat masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
Jenderal TNI (Purn) Prof. Dr. Abdullah Makhmud Hendropriyono mendukung penuh keputusan pemerintah dalam membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) karena meyakini betul jika HTI membahayakan NKRI. Dukungan penuh pada langkah pemerintah bukan kali ini saja. Sebelum itu, deklarasi dukungan Hendro kepada pemerintah terucap saat Hari Ulang Tahun ke-18 PKPI, awal tahun ini. Ketika itu, dalam pidatonya, Hendro menegaskan untuk mendukung pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan selalu berada di benteng terdepan dalam menjamin stabilitas pemerintahan negara RI.
Jauh sebelum itu, tak lama setelah terpilih dalam Pilpres 2014, Joko Widodo mengangkat Hendro sebagai penasihat tim transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla. Presiden pilihan rakyat untuk periode 2014-2019 itu memiliki argument kuat di balik pengangkatan jenderal bintang empat tersebut, salah satunya karena Hendro memiliki pengetahuan luas soal intelijen.
Menyoal Hendro dan intelijen, memang seperti membincang dua sisi mata uang. Satu sama lain saling terkait dan saling melengkapi. Tak lengkap rasanya jika menyoal Hendropriyono semata tanpa rekam jejaknya di bidang intelijen. Sebaliknya, membedah dunia ‘telik sandi’ tak tuntas jika tak menyinggung sosok Hendropriyono.
Ya, gelar ‘Bapak Intelejen Indonesia’ sudah sangat kuat melekat pada lelaki gagah kelahiran Yogyakarta, 7 Mei 1945 tersebut. Rekam jejaknya di dunia intelijen menorehkan gemilang yang sulit ditandingi sosok manapun di negeri ini. Ia menjadi tokoh utama di balik berdirinya Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) Sentul-Bogor. Tepatnya, STIN didirikan saat Hendropriyono menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara RI (BIN) pada
2001-2004.
Presiden Jokowi pantas bangga kepada Hendro. Nyatanya, pengetahuan Hendro di bidang intelijen dan militer benar-benar telah teruji. Secara akademis, Hendro belajar ilmu militer dari beragam sekolah. Usai menuntaskan pendidikannya di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang pada l1967 dan Australian Intelligence Course di Woodside pada 1971, Hendro pun melanjutkan sekolah di United States Army General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat pada 1980.
Pengetahuan dan skill Hendro ternyata tak melulu di bidang militer dan intelijen. Mantan Pangdam Jaya (1993-1994) ini juga gemar sekolah di perguruan tinggi umum. Lulusan terbaik Sekolah Staf dan Komando (Sesko) ABRI pada 1989 ini tercatat memiliki banyak gelar sarjana. Di antaranya sarjana dalam bidang administrasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA-LAN), Sarjana Hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM), Sarjana Ekonomi dari Universitas Terbuka (UT) Jakarta, dan Sarjana Teknik Industri dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Bandung.
Ia juga meraih gelar magister administrasi niaga dari University of the City of Manila, Filipina, mendapat gelar magister di bidang hukum dari STHM dan pada bulan Juli 2009 dan meraih gelar doktor filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan predikat Cum Laude. (Imam)
Source
No comments:
Post a Comment